Meneguhkan Hati - Mengikhlaskan Amal - Berbagi Sesama

Kamis, 22 April 2010

Yunita Haffidianti


Nama : Yunita Haffidianti
Ttl : Semarang, 23 Juni 1989
Alamat : Jl. Gemah Kencana VI No 3 Pedurungan, Kota Semarang
Anak ke : 2 dari 4
Email : titha89@plasa.com
Telp/Hp : 024 6731380/ 085640791691
IP : 3.79
IPK : 3.57
PT : IAIN Walisongo/Matematika/2007


Assalamu’alaikum….
Sebelumnya perkenalkan, nama saya Yunita Haffidianti.
Saya anak kedua dari empat bersaudara. Kami 4 bersaudara yang kesemuanya cewek. Bisa dibanyangkan bagaimana ramainya rumah bila kami semua berkumpul, he…he…
Saya saat ini sedang menempuh studi di IAIN WS. Saya mengambil jurusan pendidikan matematika, karena saya pikir jurusan itulah yang mudah-mudahan menurut saya yang sesuai dengan diri saya ( karena saya lebih suka pelajaran menghitung daripada hafalan, he2…). Saya saat ini sedang memasuki semester ke-6. mudah-mudahan di semester k-8 nanti saya sudah bias lulus. Amin… Minta doanya ya temen2…

Sebenarnya, semasa di SMA (dan setelah lulus pun) tidak pernah terbesit sedikitpun dalam benak saya untuk menjadi seorang guru, apalagi melanjutkan studi di IAIN WS. Impian saya waktu itu setelah lulus SMA nanti saya berkuliah di UNDIP jurusan ekonomi, shg setelah lulus nanti dapat menjadi pegawai kantoran. (sukur2 pegawai bank, he2…)
Tapi impian memang tetaplah impian, saat kelulusan tiba, orangtua saya ternyata tidak mempunyai biaya untuk memasukkan saya ke PT itu. Sebenarnya saya kecewa, tapi apa mau dikata, saya pun tidak boleh memaksakan kehendak saya. Pada waktu mulai pendaftaran SMPB saya pun tidak ikut mendaftar. Sebenarnya ada godaan untuk ikut-ikutan mendaftar, sekedar ingin mengetes kemampuan saya, tapi setelah saya pikir-pikir lagi saya urungkan niat saya itu, toh diterima ataupun tidak saya tetap tidak bisa berkuliah di sana.
Uang yang tadinya akan saya gunakan untuk membeli formulir SPMB, akhirnya saya gunakan untuk membeli formulir STAN. Saya mencoba STAN karena bebas biaya kuliah. Saya pergi ke Jogja untuk membeli formulirnya. STAN inilah harapan saya satu-satunya saat itu. Memang saya tau, sulit sekali untuk dapat diterima, tapi saya pikir, apa salahnya mencoba. 
Ternyata saya tidak diterima. mungkin saya memang tidak ditakdirkan untuk kuliah. Mungkin saya harus bekerja agar bisa membantu keluarga, bukannya malah membebani. Akhirnya saya melamar bekerja di sebuah servis station sebagai admin dan alhamdulilah langsung diterima.
Hampir setahun saya bekerja. Sebenarnya saya senang sekali bekerja di sana. Kerjaan tidak terlalu berat, rekan-rekan semua baik, atasan juga baik, tetapi saya merasa masih ada yang kurang dalam diri saya. Impian saya untuk melanjutkan kuliah ternyata belum hilang. Akhirnya pada tahun itupun saya mencoba mencoba mendaftar di STAN lagi. Selain daftar di STAN, atas info teman, saya juga mendaftar di IAIN ( sebelumnya saya tidak tahu IAIN, mungkin saya yang kuper, atau IAIN-nya yang kurang terkenal,he2….) yang ternyata di IAIN ada jurusan umumnya, maka saya coba mendaftar ambil jurusan matematika.
Ternyata saya tidak diterima lagi di STAN, he2…., saya malah diterima di IAIN. Padahal jujur, pada mulanya saya tidak yakin untuk mendaftar di sana. Apalagi saya tahu, disana itu basic agama sangat kuat. Saya pada awalnya pesimis, dengan basic agama saya yang pas-pasan seperti ini, mampukah saya mengikuti….Akan tetapi, alhamdulilah, dukungan dari teman-teman dan keluarga sangat membantu saya.
Mungkin inilah jalan yang telah dipilihkan Allah untuk diri saya. Saya sangat bersyukur karenanya. Beban yang saya rasakan pada awal-awal kuliah, tidak ada artinya jika dibandingkan manfaat yang dapat saya ambil sesudahnya.
Mengenai keuangan, jujur, pada awalnya saya juga bingung. Minimal setiap hari saya membutuhkan untuk transport dan untuk biaya kuliah. Pada awal semester pertama ayah saya harus membanting tulang untuk memberi uang saku saya sehari-hari, memang sebanarnya jumlah yang tidak terlali besar, tetapi karena pada saat itu posisi ayah saya bekerja serabutan kadang2 malah tidak bekerja, maka agak berat menjatah saya uang saku tiap harinya. Maklum adik saya yang masih bersekolah juga membutuhkan biaya tiap harinya Belum lagi untuk beli buku, dll….
Alhamdulilah, pada akhir semester pertama itu saya diterima untuk mengajar di bimbel. Setelah itupun ada juga tawaran untuk ngelesi privat di rumah-rumah. Alhamdulilah, uang dari hasill ngelesi sedikit-sedikit bisa digunakan untuk keperluan sehar-hari. Kegiatan itulah sampai saat ini rutin saya lakukan sehari-hari seusai pulang kuliah. Insyaallah itu merupakan kegiatan yang bermanfaat.
Itulah sepenggal diskripsi tentang kehidupan saya.
Maaf, Mungkin terkesan berbelit-belit, karena saya bukan orang yang pandai menceritakan sesuatu, he…

Motivasi saya bergabung di BAZ, pada mulanya memang untuk meringankan beban keluarga, tetapi setelah saya tahu kegiatan-kegatan yang diadakan oleh BAZ, saya sangat tertarik. Ternyata menjadi bespro tidak hanya sekedar menerima uang beasiswa tiap bulannya, akan tetapi kita juga dilibatkan dalam banyak kegiatan sosial yang insyaallah akan bermanfaat.
Wassalamu’alaikum….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar